sxpriyan’s blog

Blog tentang apa saja

Prita Mulyasari setelah Seminggu Berkumpul Keluarga Tak Percaya Mitos, Tak Mau Bakar Baju Lapas

Rabu, 10 Juni 2009 ]

Sepekan terakhir rumah Prita Mulyasari semarak lagi. Dia kembali bisa menemani anak-anaknya bermain. Bagaimana suasana hubungan ibu-anak tersebut setelah tiga pekan terpisah?

AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta

SIANG itu, sebuah mobil Honda Jazz biru muda diparkir di sebuah rumah tipe 36, Jalan Kucica III, Bintaro Sektor IX, Tangerang. Rumah bercat putih tersebut terasa minimalis dengan pagar yang tak terlalu tinggi. Hanya ada dua kamar di rumah itu. Ruang tamu pun merangkap sebagai ruang keluarga dengan televisi 21 inci di salah satu dindingnya.

”Ini saja masih ngontrak, Mas,” kata Prita Mulyasari saat ditemui Jawa Pos di rumahnya. Keluarga tersebut full team siang itu. Mereka adalah Andri Nugroho, sang suami, dan dua anaknya, Khairan Ananta Nugroho yang berusia 3 tahun dan Rana Ria Puandita Nugroho, 15 bulan.

Kembali berada di rumah setelah tiga minggu mendekam di Lapas Wanita Tangerang membuat Prita benar-benar tak ingin lagi berpisah dari dua anaknya. Apalagi, selama tiga pekan itu, perkembangan Ananta dan Rana cukup pesat. Saat pertama bertemu Prita, dua anaknya itu bahkan nyaris tak mengenali wanita bermata mungil tersebut.

Ketika itu, Prita baru saja keluar dari lapas. Dia dijemput beberapa kerabatnya. Mereka yang kebanyakan wanita itu sama-sama mengenakan jilbab. Rabu lalu (3/6), Ananta dan Rana diberi tahu bahwa ibu mereka akan pulang dari rumah sakit. Dua buah hati pasangan yang menikah pada 2005 itu sebelumnya memang ”dibohongi” bahwa ibu mereka tak pernah pulang lantaran harus menginap di rumah sakit.

Ketika sampai di rumah, Ananta dan Rana tak sabar ingin berjumpa Prita. Nah, saat banyak wanita yang masuk ke rumah, Ananta berteriak-teriak kepada salah seorang wanita berjilbab, ”Bunda, bunda.” Teriakan itu salah alamat. Wanita yang dipanggil bunda tersebut ternyata kakak ipar Prita.

”Mungkin karena sama-sama memakai jilbab, ya,” ujar lulusan Manajemen Bisnis, Tafe University, Australia, itu sambil menggendong Rana yang ngedot air putih. Sementara itu, Ananta hilir mudik sambil menenteng gitar mainan.

Insiden itu barangkali hanya persoalan sepele. Tapi, bagi seorang ibu seperti Prita, itu soal besar. Sebab, anak yang ditinggal tiga pekan sampai tidak mengenali ibunya. Dia mengaku sampai trenyuh ketika momen itu terjadi. ”Ya, bagaimana rasanya kalau ibu sampai tidak dikenali oleh anaknya sendiri,” ujar wanita 32 tahun kelahiran Jakarta itu.

Namun, Prita tidak putus asa. Kejadian itu membuat dia bertekad untuk kembali mendapatkan perhatian Ananta dan Rana. Prita langsung membawa kedua anaknya ke kamar. Hubungan mereka tak langsung cair seperti sedia kala. Sebagaimana orang yang lama tak bertemu, mereka masih kikuk. Ananta dan Rana bahkan tak berucap sepatah kata pun. Mereka hanya saling memandang selama beberapa saat.

Untuk mencairkan hubungan itu, Prita kembali harus mempelajari kesukaan anaknya. Ketika itu, Ananta sedang gemar bermain robot. Prita pun ikut nimbrung bermain bersama putra pertamanya itu. ”Lama-lama, kita jadi akrab lagi. Duh, senangnya,” ujarnya lantas mengambil gitar mainan dari tangan Ananta yang memukul-mukulkannya ke lantai. ”Jangan sayang,” katanya lembut.

Anak seperti sudah menjadi separo nyawa Prita. Karena itu, yang paling berat ketika di penjara adalah berpisah dengan mereka. ”Yang paling trenyuh adalah saat saya menelepon ke rumah dari lapas. Pembantu saya bilang, Ananta mengajak adiknya untuk salat bareng. Biar bunda cepat sembuh katanya,” tuturnya. Mendengar itu, air mata Prita tumpah. ”Tidak hanya mbrebes mili, saya menangis sejadi-jadinya,” ujarnya.

Prita sendiri tidak tahu siapa yang mengajari kedua anaknya itu salat. ”Mungkin karena sering lihat saya dan suami salat jamaah, mereka jadi meniru,” katanya lantas tersenyum.

Kendati sudah beberapa hari di rumah, Prita kadang masih kepikiran suasana penjara. Bahkan, beberapa kali dia bermimpi mengenai tempat tersebut. ”Saya tidak tahu, ya. Tiba-tiba saja saya kok mimpi kejadian di sana. Tidur tanpa alas, kamarnya ukuran kamar anak saya dengan dua belas orang tidur dalam satu ruangan,” katanya sambil menunjuk kamar anaknya yang berukuran 4 x 5 meter itu.

Namun, selama di penjara Prita tidak pernah mendapat perlakuan buruk. Lingkungan tempat dia dipenjara cukup kondusif. Waktu di dalam penjara banyak dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan.

Meski begitu, Prita takkan pernah mau kembali ke penjara. Bahkan, dia seperti mengalami trauma berpisah dengan anak-anaknya. Ketika menjalani sidang pada Kamis (4/6) lalu, misalnya, dia sempat khawatir tak bakal kembali ke rumah. Karena itu, Ananta dan Rana dia ajak untuk ikut serta berangkat menuju Pengadilan Negeri Tangerang. ”Tapi, ketika sidang, mereka diajak berputar-putar sama saudara saya. Sementara saya dan suami menjalani sidang,” katanya.

Yang paling diingat Prita ketika keluar adalah wasiat dari teman-temannya di lapas. Mereka berpesan agar sesampai di rumah, baju yang dia kenakan di lapas langsung dibuang atau dibakar. Jika tidak, itu akan membuat kembali ke tempat mengerikan tersebut. Selama di lapas, Prita memang tidak mengenakan baju seragam dari lapas. Dia mengenakan baju yang dia bawa sendiri dari rumah. Itu karena Prita belum mendapat vonis.

Namun, sampai sekarang baju-baju yang dia kenakan di lapas masih tersimpan rapi dalam kantong plastik. Kok tidak dibakar? ”Itu kan hanya mitos. Saya percaya sama Allah saja. Itu sudah cukup,” kata wanita yang masih menjalani status sebagai tahanan kota.

Sampai saat ini Prita tercatat sebagai karyawan sebuah bank swasta di Jakarta. Sementara Prita menjalani tahanan kota di Tangerang. Lantas, bagaimana apabila dia nanti bekerja? Kata Prita, perusahaan tempatnya bekerja memberi kesempatan kepada dia menyelesaikan semua masalah hukumnya. ”Saya tidak tahu status saya bagaimana? Mereka (manajemen perusahaan tempat Prita bekerja, Red) bilang, kalau sudah selesai semuanya, silakan kembali bekerja,” katanya.

Karena itu, Prita mengatakan takkan kembali bekerja sebelum kasusnya selesai. ”Saya juga tidak mau memaksakan diri. Lagi pula, saya masih ingin membayar utang kepada anak-anak yang sudah saya tinggalkan sekaligus menunggu kasus hukum ini selesai,” katanya.

Kalau akhirnya dia divonis bebas, Prita sudah menyiapkan liburan ke luar kota. Beberapa kota sudah masuk dalam daftar. ”Kita kan ingin liburan bersama anak-anak sekaligus menunjukkan kepada mereka tempat-tempat yang menarik. Apalagi, anak-anak seusia mereka kan suka banyak tanya,” ujarnya.

Namun, yang menjadi prioritas, kata Prita, adalah liburan ke Lampung. Sebab, selain bersenang-senang bersama keluarga, Lampung adalah kampung halaman Andri, suaminya. ”Jadi, sekalian bisa menemui mertua di sana sambil liburan,” ujar wanita yang kedua orang tuanya sudah meninggal itu. (nw)

June 10, 2009 - Posted by | Berita

No comments yet.

Leave a comment